MAKALAH
PEREKONOMIAN INDONESIA
INDUSTRIALISASI
DI INDONESIA
Nama :
Syalzabila Imaningtyas
NPM :
27216244
Jurusan :
Akuntansi
Dosen :
Antoni, SE., MM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang...................................................................................... 2
1.2
Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3
Tujuan Masalah...................................................................................... 2
BAB II URAIAN UMUM
2.1
Konsep Dan Tujuan Industrialisasi........................................................ 3
2.2
Faktor-Faktor Pendorong Industrialisasi............................................... 3
2.3
Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional........................... 4
2.4
Permasalahan
Industrialisasi.................................................................. 7
2.5
Strategi
Pembangunan Sektor Industri.................................................. 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 11
3.2 Saran...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Industrilisasi merupakan usaha pemerintah
untuk pemenuhan kebutuhan. Sejarah hidup manusia tidak terlepas dari keinginan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia mempunyai metode untuk memenuhinya sesuai
dengan zamannya. Mulai zaman prasejarah, kita mengenal kehidupan manusia purba
masa berburu dan mengambil makanan, atau dikenal food gathering. Kemudian, masa
berternak dan bercocok tanam atau food producing.
Pada saat sekarang ini, negara Indonesia sedang
giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan
rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Alinea ke 4,
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
Tujuan negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk
mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materiil dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram,
tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat,
tertib dan damai.
Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia
tersebut di atas, pemerintah telah berupaya melakukan berbagai kegiatan,
termasuk salah satu diantaranya adalah mendorong laju perekonomian nasional.
Pertumbuhan laju industri merupakan andalan pemerintah dalam upaya meningkatkan
perekonomian di Indonesia. Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang
tanpa dukungan dari peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor
perekonomian yang sangan dominan di zaman sekarang.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan tujuan
industrialisasi
2. Apa saja faktor-faktor pendorong
industrialisasi
3. Bagaimana perkembangan sektor industri
manufaktur nasional
4. Apa saja permasalahan industrialisasi
5. Bagaimanakah strategi pembangunan
sektor industri
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan
tujuan industrialisasi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor
pendorong industrialisasi
3. Untuk mengetahui
perkembangan sektor industri manufaktur nasional
4. Untuk mengetahui macam-macam
permasalahan industrialisasi
5. Untuk mengetahui strategi pembangunan
sektor industri
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan tujuan industrialisasi
Tujuan industrialisasi itu sendiri adalah untuk memajukan sumber daya
alam yang dimiliki oleh setiap Negara,dengan didukung oleh sumber daya manusia
yang berkualitas,dengan industrialisasi ini maka,Negara berkembanga yang mampu
memanfaatkannya dengan baik,maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara
tersebut.
Industrialisasiè suatu proses interkasi antara
perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka
panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan
penduduk sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait & libya ingin
mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
2.2 Faktor-faktor pendorong industrialisasi
Faktor pendorong
industrialisasi (perbedaan intesitas dalam proses industrialisasi antar negara)
:
· Kemampuan teknologi dan inovasi
· Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita.
· Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri.
Negara yang awalnya
memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri
tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih
cepat.
· Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah
penduduk.
Pasar dalam negeri yang besar, seperti Indonesia
dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang merupakan salah satu faktor
perangsang bagi pertumbuhan kegiatan-kegaiatan ekonomi, termasuk industri,
karena pasar yang besar menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi dalam
proses produksi(dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya mendukung).
Jika pasar domestic kecil, maka ekspor merupakan alternatif satu” nya untuk
mencapai produksi optimal.
· Ciri industrialisasi
Yaitu cara pelaksanaan
industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan
insentif yang diberikan.
· Keberadaan SDA
Ada kecenderungan bahwa Negara-negara yang kaya SDA,
tingkat diversifikasi dan laju pertumbuhan ekonominya relatif lebih rendah, dan
Negara tersebut cenderung tidak atau terlembat melakukan industrialisasi atau
prosesnya berjalan relatif lebih lambat dibandingkan Negara-negara yang miskin
SDA.
· Kebijakan/strategi pemerintah
Pola Industrialisasi di Negara yang
menerapkan kebijakan subtitusi impor dan kebijakan perdagangan luar negeri yang
protektif(seperti Indonesia terutama selama pemerintahan Orde Baru hingga
krisis terjadi) berbeda dengan di Negara yang menerapkan kebijakan promosi
ekspor dalam mendukung industri nya.
2.3
Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama
perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di
sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat perkembangan industri secara
nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kualitas
produk yang dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan.
Sejak krisis ekonomi dunia yang terjadi tahun 1998 dan
merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional, perkembangan industri di
Indonesia secara nasional belum memperlihatkan perkembangan yang
menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional, khususnya industri
manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang dilakukan pada tahun 2006 oleh
sebuah lembaga internasional terhadap prospek industri manufaktur di berbagai
negara memperlihatkan hasil yang cukup memprihatinkan. Dari 60 negara yang
menjadi obyek penelitian, posisi industri manufaktur Indonesia berada di posisi
terbawah bersama beberapa negara Asia, seperti Vietnam. Riset yang meneliti
aspek daya saing produk industri manufaktur Indonesia di pasar global,
menempatkannya pada posisi yang sangat rendah.
Industri manufaktur masa depan adalah
industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya
kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang
wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi
juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta
profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Sector industry manufaktur di banyak Negara berkembang
mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga decade terakhir. Asia Timur dan
Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai kasus istimewa. Lebih dari 25 tahun
terakhir, dijuluki a miraculous economic karena kinerja ekonominya sangat
hebat. Dari 1970 hinga 1995, industry manufaktur merupakan contributor utama.
Untuk melihat sejauh mana perkembangan industry
manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan kinerjanya
dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN, misalnya
kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan PDB di
Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output rata-ratanya
termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini menandakan
Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang tinggi
dibandingkan Malaysia dan Thailand.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi
Perkembangan Manufaktur Nasional :
A. Pertumbuhan
Output
Proses industrialisasi yang terjadi pada negara-negara
ASEAN yang pesat disorong oleh laju pertumbuhan output industri yang pesat
karena menyebabkan terjadinya penambahan struktural yang cukup luas di dalam
perekonomian negara tersebut.
Hal ini dikarenakan, sektor industri menaglami laju
pertumbuhan yang sangat pesat, melebihi laju pertumbuhan di negara berkembang
dengan rata-rata 50-100% pada 1970-an, bahkan dengan batas rata-rata yang lebih
tinggi pada 1980-an. Pangsa sektor manufaktur terhadapa toal output industri
telah menjadi lebih dari 2 kali lipat di Indonesia maupun Malaysia, dan hampir
2 kali lipat di Thailand. Ke-empat ekonomi tersebut kini telah melampaui titik
belok yang penting di jalan panjang pembangunan ekonomi dalam hal output sektor
manufaktur yang melebihi output sektor pertanian.(Hill, 2003).
Selain itu, menurut Hill, hal lain yang mungkin
penting adalah pelaksanaan industrialisasi di ke-empat negar tersebut telah
berhasil melampaui suatu proses pergeseran secara bertahap selama 1970-an, dari
yang tadinya berorientasi ke pasar domestik (subtitusi impor) ke industri yang
berorientasi ke pasar global
B. Pendalaman Struktur Industri
Pembangunan ekonomi jangka panjang dapat merubah pusat
kekuatan ekonomi dari pertanian menuju industri dan menggeser struktur industri
yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif.
Indikator yang digunakan untuk mengukur struktur
industri adalah distribusi dari jumlah unti produksi (perushaan) yang ada dan
total NO atau NT dari sektor industri menurut kelompok industri (subsektor).
Kaena semakin tingginya subsektor industri, berarti semakin tingginya
diversifikasi produksi.
Distribusi PDB menurut subsektor industri juga dapat
berperan sebagai indikator poengukur tingkat diversifikasi industri. Semakin
maju industri manufaktur, semakin besar kontribusi output dari
kelompok-kelompok industri berteknologi tinggi terhadap pembentukan PDB.
Perubahan struktur industri disebabkan oleh:
· Penawaran agregat perkembangan
teknologi, kualitas SDM, dan inovasi material baru untuk
produksi.
· Permintaan
agregat peningkatan pendapatan per kapita yang mengubah volume dan pola
konsumsi.
Orientasi perkembangan industri manuafktur di
Indonesia masih pada barang konsumsi sederhana seperti makanan, minuman pakaian
jadi. Sisi permintaan agergat, pasar domestik barang konsumsi berkembang pesat
seiring laju penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat per kapita.
Sedangkan pada sisi penawaran agregat, sarana dan prasarana menunjang untuk
produksi.
C. Teknologi dari Produk Manufaktur
Untuk membandingkan dan menganalisa kemampuan T dari
produksi di negara-negara berbeda, karena industri dapat diklasifikasikan ke
dalam 3 kategori. Kategori pertama yaitu industri denagn teknoklogi yang
tinggi, contohnya obat-obatan, komputer, alat-alat perkantoran, barang
elektronik, dan kendaraan bermotor. Kategoti kedua yaitu industri dengan T yang
menengah, contohnya produk-produk dari logam sederhana, produk-produk dari
plasitik dan karet, dan penyulingan minyak. Kategori ketiga adalah industri
dengan T rendah, seperti kertas dan percetakan, pakaian jadi, makanan, minuman,
rokok, dan mebel.
Tingkat
perkembangan industri manufaktur dapat dilihat dari pendalaman struktur
industri itu sendiri. Struktur industri:
1) Ragam produk
barang konsumsi, sederhana, barang konsumsi dengan kandungan teknologi
yanglebih canggih, barang modal.
2)
Intensitas pemakain faktor produksi barang dengan padat karya dan barang
dengan padat modal. Orinetasi pasar barang domestik dan barang ekspor.
D. Ekspor
Kinerja ekspor (X) dari produk-produk manufaktur juga
dapat digunakan sebagai salah satu indikator alternatif untuk mengukur derajat
pembangunan dari industri manufaktur. Kinerja X bisa ada dalam 3 arti, yaitu
laju pertumbuhan volume atau nilai X dan diversifikasi, baik dalam produk
maupun pasar/ negara tujuan. Pada umumnya, industri manufaktur suatu negara
dikatakan sudah maju apabila laju pertumbuhan X manufakturnya rata-rata per
tahun tinggi dan tingkat diversifikasi produk seta pasar dan negara tujuannya
tinggi.
Hasil analisis Wolrd Bank tahun 1999 menunjukkan bahwa
Indonesia lemah dalam prosuk-produk manufaktur yang prospek masa depannya
sangat baik. Data BPS juga menunjukkan bahwa diversifikasi X manufaktur
Indonesia cukup tinggi, namun masih hanya didominasi oleh industri kecil dan
menengah ke bawah, terutama pada barang-barang konsumsi. Selain itu, industri
Indonesia juga masih didominasi dengan produk-produk berbasis pertanian. Di
sisi lain, harga dunia untuk komoditi berbasis pertanian relatif rendah jika
dibandingkan dengan komoditas berteknologi menengah ke atas, seperti komputer,
mesin, dan otomotif, bahkan pasaran harga komoditas-komoditas ini kian
meningkat dari waktu ke waktu.
E. Gejala Deindustrialisasi
Perkembangan industri manufaktur di Indonesia juga
dapat dilihat dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto atau PDB.
Bahkan pada akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006, banyak pengamat ekonomi yang
mengkhawatirkan terjadinya de-industrialisasi di Indonesia akibat pertumbuhan
sektor industri manufaktur yang terus merosot.
Deindustrialisasi merupakan gejala menurunnya sektor
industri yang ditandai dengan merosotnya pertumbuhan industri manufaktur yang
berlangsung secara terus menerus. Melorotnya perkembangan sektor industri
manufaktur saat itu mirip dengan gejala yang terjadi menjelang ambruknya
rezim orde baru pada krisis
global yang terjadi pada tahun 1998. Selain menurunkan sumbangannya terhadap
produk domestik bruto, merosotnya pertumbuhan industri manufaktur juga
menurunkan kemampuannya dalam penyerapan tenaga kerja
Data dari Biro Pusat Statistik (BPS)
memperlihatkan bahwa pada triwulan pertama tahun 2005, pertumbuhan industri
manufaktur di Indonesia sebenarnya masih cukup tinggi, yaitu mencapai 7,1
persen. Namun memasuki triwulan kedua tahun 2005 perkembangannya
terus merosot. Bahkan pada akhir tahun 2005, perkembangan industri
manufaktur kita hanya mencapai 2,9 persen. Kondisi ini semakin parah setelah
memasuki triwulan pertama tahun 2006 karena pertumbuhannya hanya sebesar 2,0
persen.
F. Problem Pengangguran
Sebagai sektor industri yang sangat penting,
perkembangan industri manufaktur memang sangat diandalkan. Penurunan
pertumbuhan sektor industri ini dapat menimbulkan efek domino yang sangat
meresahkan. Bukan saja akan menyebabkan PDB menurun namun yang lebih
mengkhawatirkan adalah terjadinya gelombang pengangguran baru.
Apalagi problem pengangguran yang ada saat ini saja masih belum mampu diatasi
dengan baik.
Kita mestinya bisa belajar banyak dari pengalaman
tragedi ekonomi tahun 1998. Selain menyangkut fondasi perekonomian nasional
yang mesti diperkuat, sejumlah ahli juga melihat perlunya membenahi
strategi pembangunan industri di
Indonesia. Kalau perlu, pemerintah bisa melakukan rancang ulang atau redesign
menyangkut visi dan misi pembangunan industri, dari sejak hulu hingga hilir.
Paling tidak agar produk industri kita mampu bersaing di pasar global.
2.4
Permasalahan Industrialisasi
Industri manufaktur
di LDCs lebih terbelakang dibandingkan di DCs, hal ini karena:
1. Keterbatasan teknologi
2. Kualitas Sumber
daya Manusia
3. Keterbatasan dana pemerintah
(selalu difisit) dan sektor swasta
4. Kerja sama antara
pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian
masih rendah
5. Masalah dalam industri manufaktur nasional
1) Kelemahan struktural
Basis ekspor & pasar masih sempitè walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam & TK, tapi
produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
a) Terbatas pada empat
produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
b) Pasar tekstil &
pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada,Turki & Norwegia
c) USA, Jepang &
Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil & pakaian jadi dari
Indonesia
d) Produk penyumbang 80%
dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh oleh
perubahan permintaan produk di pasar terbatas
e) Banyak produk
manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan harga
muncul pesaing baru seperti cina & vietman
f) Produk
manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor internal seperti
tuntutan kenaikan upah
· Ketergantungan impor sangat tinggi
Pada tahun 1990, Indonesia
menarik banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti kimia,
elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan dan
assembling dengan hasil:
a) Nilai impor bahan baku, komponen & input perantara
masih tinggi diatas 45%
b) Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung
kepadaimpor bahan baku, komponen & input
perantara masih tinggi.
c) PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku &
komponen dari LN
d) Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan
organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas
e) Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan pemasaran
masih terbatas
· Tidak ada industri berteknologi menengah
a) Kontribusi industri
berteknologi menengah (logam, karet, plastik, semen) terhadap pembangunan
sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
b) Kontribusi produk
padat modal (material dari plastik, karet, pupuk, kertas,besi & baja) thd
ekspor menurun 1985 – 997
c) Produksi produk dg
teknologi rendah berkembang pesat
· Konsentrasi regional
Industri menengah & besar terkonsentrasi di Jawa.
2) Kelemahan organisasi
· Industri kecil &
menengah masih terbelakangèproduktivtas rendahè Jumlah Tk masih
banyak (padat Karya)
· Konsentrasi Pasar
· Kapasitas menyerap
& mengembangkan teknologi masih lemah
· SDM yang lemah
2.5 Strategi
pembangunan sektor industri
Tujuan pembangunan industri nasional baik jangka
menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk mengatasipermasalahan dan
kelemahan baik di sektor industri maupun untuk mengatasi permasalahan secara
nasional, yaitu:
1. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja industri;
2. Meningkatkan ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar
dalam negeri
3. Memberikan sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi
perekonomian;
4. Mendukung
perkembangan sector infrastruktur;
5. Meningkatkan kemampuan teknologi;
6. Meningkatkan pendalaman struktur industri dan
diversifikasi produk
7. Meningkatkan penyebaran industri.
Bertitik tolak dari hal-hal tersebut dan untuk
menjawab tantangan di atas maka kebijakan dalam pembangunan industrimanufaktur
diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia serta mampu
mengantisipasi.perkembangan perubahan lingkungan yang sangat cepat. Persaingan
internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara berkembang,
termasuk Indonesia, sehingga fokus dari strategi pembangunan industri di masa
depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang berkelanjutan di
pasar internasional. Untuk itu, strategi pembangunan industri manufaktur ke
depan dengan memperhatikan kecenderungan pemikiran terbaru yang berkembang saat
ini, adalah melalui pendekatan klaster dalam rangka membangun daya saing
industri yang kolektif. Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri
yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya
potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah,
besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga
berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme
sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Bangun susun sektor industri yang diharapkan harus
mampu menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional dan menjadi tulang
punggung ketahanan perekonomian nasional di masa yang akan datang. Sektor
industri prioritas tersebut dipilih berdasarkan keterkaitan dan kedalaman
struktur yang kuat serta memiliki daya saing yang berkelanjutan serta tangguh
di pasar internasional.
Pembangunan industri tersebut diarahkan pada penguatan daya saing, pendalaman rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring (networking) industri dalam format klaster yang sesuai baik pada kelompok industri prioritas masa depan, yaitu: industri agro, industri alat angkut, industri telematika, maupun penguatan basis industri manufaktur, serta industri kecil-menengah tertentu.
Pembangunan industri tersebut diarahkan pada penguatan daya saing, pendalaman rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring (networking) industri dalam format klaster yang sesuai baik pada kelompok industri prioritas masa depan, yaitu: industri agro, industri alat angkut, industri telematika, maupun penguatan basis industri manufaktur, serta industri kecil-menengah tertentu.
Dengan memperhatikan permasalahan yang bersifat
nasional baik di tingkat pusat maupun daerah dalam rangka peningkatan daya
saing, maka pembangunan industri nasional yang sinergi dengan pembangunan
daerah diarahkan melalui dua pendekatan. Pertama, pendekatan top-down yaitu
pembangunan industri yang direncanakan (by design) dengan memperhatikan
prioritas yang ditentukan secara nasional dan diikuti oleh partisipasi daerah.
Kedua, pendekatan bottom-up yaitu melalui penetapan kompetensi inti yang
merupakan keunggulan daerah sehingga memiliki daya saing. Dalam pendekatan ini
Departemen Perindustrian akan berpartisipasi secara aktif dalam membangun dan
mengembangkan kompetensi inti daerah tersebut. Hal ini sekaligus merupakan
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah, yang pada gilirannya
dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran.
Strategi ini dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
- Subtitusi Impor (inward-looking)
- Promosi Ekspor (outward-looking)
Strategi
industrialisasi
1. Strategi Subtitusi Impor
· Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi
pada pasar domestic
· Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang
membuat barang menggantikan impor
· Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri
yang memproduksi barang pengganti impor
1. Pertimbangan yang lazim
digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a. SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja)
cukup
tersedia potensi permintaan
dalam negeri memadai
b. Pendorong perkembangan sector industry manufaktur
dalam negeri
c. Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan
kerja lebih luas
d. Dapat mengurangi ketergantungan impor
2. Penerapan
strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
- Industry manufaktur nasional tidak berkembang baik
selama orde baru
- Ekspor manufaktur Indonesia belum berkembang dengan
baik
- Kebijakan proteksi yang berlebihan selama orde baru
menimbulkan high cost economy
- Teknologi yang digunakan oleh industry dalam negeri,
sangat diproteksi
2. Strategi Promosi Ekspor
· Lebih berorientasi ke pasar internasional dalam
pengembangan usaha dalam negeri
· Tidak ada
diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas kemudahan lainnya dari
pemerintah
· Dilandasi
pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk
yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
· Strategi promosi
ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi yang
ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
3. Kebijakan Industrialisasi
· Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar
negeri lebih bebas dan sederhana
· Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan
bagi perusahaan Negara dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan
sector swasta bersama-sama dengan BUMN
· Diberlakukannya Undang-undang PMA
DAFTAR PUSTAKA
http://ivanlipio.blogspot.com/2011/03/industrialisasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar