MAKALAH
PEREKONOMIAN INDONESIA
INDUSTRIALISASI
DI INDONESIA
Di susun oleh:
Kelompok 1
Aulia
ludfilia S heytaha 21216198
Cindy
Rosa Stepani P 21216627
Faza
Lufia Tia Rindita 22216735
Syalzabila
Imaningtiyas 27216244
Tri
Winarni 27216436
Yunda
Citra Puspita 27216857
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan kami
berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak diberikan
keberkahan. Dengan kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Ucapan
terima kasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen dan teman-teman yang banyak
membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari di dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus
diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian.
Oleh
karena itu kami meminta maaf atas ketidaksempurnaanya dan juga memohon kritik
dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat karya tulis ini.
Harapan
kami mudah-mudahan apa yang kami susun ini bisa memberikan manfaat untuk diri
kami sendiri,teman-teman, serta orang lain.
Bekasi, 19 Juni
2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang...................................................................................... 2
1.2
Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3
Tujuan Masalah...................................................................................... 2
BAB II URAIAN UMUM
2.1
Konsep Dan Tujuan Industrialisasi........................................................ 3
2.2
Faktor-Faktor Pendorong Industrialisasi............................................... 3
2.3
Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional........................... 4
2.4
Permasalahan
Industrialisasi.................................................................. 7
2.5
Strategi
Pembangunan Sektor Industri.................................................. 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 11
3.2 Saran...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Industrilisasi
merupakan usaha pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan. Sejarah hidup manusia
tidak terlepas dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia mempunyai
metode untuk memenuhinya sesuai dengan zamannya. Mulai zaman prasejarah, kita
mengenal kehidupan manusia purba masa berburu dan mengambil makanan, atau
dikenal food gathering. Kemudian, masa berternak dan bercocok tanam atau
food producing.
Pada saat sekarang ini, negara
Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan
nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan
nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
Alinea ke 4, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Tujuan negara tersebut, pada
hakekatnya adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang
merata, materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
merdeka, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa
yang aman, tenteram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
Guna mewujudkan cita-cita
luhur bangsa Indonesia tersebut di atas, pemerintah telah berupaya melakukan
berbagai kegiatan, termasuk salah satu diantaranya adalah mendorong laju
perekonomian nasional. Pertumbuhan laju industri merupakan andalan pemerintah
dalam upaya meningkatkan perekonomian di Indonesia. Perekonomian di Indonesia
tidak akan berkembang tanpa dukungan dari peningkatan perindustrian sebagai
salah satu sektor perekonomian yang sangan dominan di zaman sekarang.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana konsep dan tujuan industrialisasi
2. Apa
saja faktor-faktor pendorong industrialisasi
3.
Bagaimana perkembangan sektor industri manufaktur nasional
4. Apa
saja permasalahan industrialisasi
5.
Bagaimanakah strategi pembangunan sektor industri
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dan tujuan
industrialisasi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong
industrialisasi
3. Untuk mengetahui perkembangan sektor
industri manufaktur nasional
4. Untuk mengetahui macam-macam permasalahan
industrialisasi
5. Untuk mengetahui strategi pembangunan sektor
industri
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dan
Tujuan Industrialisasi
Tujuan
industrialisasi itu sendiri adalah untuk
memajukan sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap Negara,dengan didukung
oleh sumber daya manusia yang berkualitas,dengan industrialisasi ini
maka,Negara berkembanga yang mampu memanfaatkannya dengan baik,maka akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Negara tersebut.
Industrialisasiè suatu
proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan
perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong
perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan
salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya
beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti
Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
2.2 Faktor-Faktor
Pendorong Industrialisasi
Faktor pendorong industrialisasi (perbedaan intesitas dalam proses
industrialisasi antar negara) :
· Kemampuan teknologi
dan inovasi
· Laju pertumbuhan
pendapatan nasional per kapita.
· Kondisi dan struktur
awal ekonomi dalam negeri.
Negara yang awalnya memiliki industri
dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin
alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat.
· Besar pangsa pasar DN
yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.
Pasar dalam negeri yang besar,
seperti Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang merupakan
salah satu faktor perangsang bagi pertumbuhan kegiatan-kegaiatan ekonomi,
termasuk industri, karena pasar yang besar menjamin adanya skala ekonomis dan efisiensi
dalam proses produksi(dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lainnya
mendukung). Jika pasar domestic kecil, maka ekspor merupakan alternatif satu”
nya untuk mencapai produksi optimal.
· Ciri industrialisasi
Yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis
industri unggulan dan insentif yang diberikan.
· Keberadaan SDA
Ada kecenderungan bahwa
Negara-negara yang kaya SDA, tingkat diversifikasi dan laju pertumbuhan
ekonominya relatif lebih rendah, dan Negara tersebut cenderung tidak atau
terlembat melakukan industrialisasi atau prosesnya berjalan relatif lebih
lambat dibandingkan Negara-negara yang miskin SDA.
· Kebijakan/strategi pemerintah
Pola Industrialisasi di
Negara yang menerapkan kebijakan subtitusi impor dan kebijakan
perdagangan luar negeri yang protektif(seperti Indonesia terutama selama
pemerintahan Orde Baru hingga krisis terjadi) berbeda dengan di Negara yang
menerapkan kebijakan promosi ekspor dalam mendukung industri nya.
2.3 Perkembangan
Sektor Industri Manufaktur Nasional
Perusahaan manufaktur
merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan
industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan untuk melihat
perkembangan industri secara nasional di negara itu. Perkembangan ini dapat
dilihat baik dari aspek kualitas produk yang dihasilkannya maupun kinerja
industri secara keseluruhan.
Sejak krisis ekonomi dunia
yang terjadi tahun 1998 dan merontokkan berbagai sendi perekonomian nasional,
perkembangan industri di Indonesia secara nasional belum memperlihatkan
perkembangan yang menggembirakan. Bahkan perkembangan industri nasional,
khususnya industri manufaktur, lebih sering terlihat merosot ketimbang grafik
peningkatannya.
Sebuah hasil riset yang
dilakukan pada tahun 2006 oleh sebuah lembaga internasional terhadap prospek
industri manufaktur di berbagai negara memperlihatkan hasil yang cukup
memprihatinkan. Dari 60 negara yang menjadi obyek penelitian, posisi industri
manufaktur Indonesia berada di posisi terbawah bersama beberapa negara Asia,
seperti Vietnam. Riset yang meneliti aspek daya saing produk industri
manufaktur Indonesia di pasar global, menempatkannya pada posisi yang sangat
rendah.
Industri manufaktur masa depan
adalah industri-industri yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan
tidak hanya kepada besarnya potensi Indonesia (comparative advantage), seperti
luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya
alam, tetapi juga berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta
profesionalisme sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Sector industry manufaktur di
banyak Negara berkembang mengalami perkembangan sangat pesat dalam tiga decade
terakhir. Asia Timur dan Asia Tenggara dapat dikatakan sebagai kasus istimewa.
Lebih dari 25 tahun terakhir, dijuluki a miraculous economic karena kinerja
ekonominya sangat hebat. Dari 1970 hinga 1995, industry manufaktur merupakan
contributor utama.
Untuk melihat sejauh mana perkembangan
industry manufaktur di Indonesia selama ini, perlu dilihat perbandingan
kinerjanya dengan sector yang sama di Negara-negara lain. Dalam kelompok ASEAN,
misalnya kontribusi output dari sector industry manufaktur terhadap pembentukan
PDB di Indonesia masih relative kecil, walaupun laju pertumbuhan output
rata-ratanya termasuk tinggi di Negara-negara ASEAN lainnya. Struktur ini
menandakan Indonesia belum merupakan Negara dengan tingkat industrialisasi yang
tinggi dibandingkan Malaysia dan Thailand.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi Perkembangan
Manufaktur Nasional :
A. Pertumbuhan
Output
Proses industrialisasi yang
terjadi pada negara-negara ASEAN yang pesat disorong oleh laju pertumbuhan
output industri yang pesat karena menyebabkan terjadinya penambahan struktural
yang cukup luas di dalam perekonomian negara
tersebut.
Hal ini dikarenakan, sektor
industri menaglami laju pertumbuhan yang sangat pesat, melebihi laju
pertumbuhan di negara berkembang dengan rata-rata 50-100% pada 1970-an, bahkan
dengan batas rata-rata yang lebih tinggi pada 1980-an. Pangsa sektor manufaktur
terhadapa toal output industri telah menjadi lebih dari 2 kali lipat di
Indonesia maupun Malaysia, dan hampir 2 kali lipat di Thailand. Ke-empat
ekonomi tersebut kini telah melampaui titik belok yang penting di jalan panjang
pembangunan ekonomi dalam hal output sektor manufaktur yang melebihi output
sektor pertanian.(Hill, 2003).
Selain itu, menurut Hill, hal
lain yang mungkin penting adalah pelaksanaan industrialisasi di ke-empat negar
tersebut telah berhasil melampaui suatu proses pergeseran secara bertahap
selama 1970-an, dari yang tadinya berorientasi ke pasar domestik (subtitusi
impor) ke industri yang berorientasi ke pasar global.
B. Pendalaman Struktur Industri
Pembangunan ekonomi jangka
panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi dari pertanian menuju industri dan
menggeser struktur industri yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif.
Indikator yang digunakan untuk
mengukur struktur industri adalah distribusi dari jumlah unti produksi
(perushaan) yang ada dan total NO atau NT dari sektor industri menurut kelompok
industri (subsektor). Kaena semakin tingginya subsektor industri, berarti
semakin tingginya diversifikasi produksi.
Distribusi PDB menurut
subsektor industri juga dapat berperan sebagai indikator poengukur tingkat
diversifikasi industri. Semakin maju industri manufaktur, semakin besar
kontribusi output dari kelompok-kelompok industri berteknologi tinggi terhadap
pembentukan PDB.
Perubahan struktur industri disebabkan oleh:
·
Penawaran agregat perkembangan teknologi, kualitas SDM, dan inovasi material
baru untuk produksi.
· Permintaan agregat
peningkatan pendapatan per kapita yang mengubah volume dan pola konsumsi.
Orientasi perkembangan
industri manuafktur di Indonesia masih pada barang konsumsi sederhana seperti
makanan, minuman pakaian jadi. Sisi permintaan agergat, pasar domestik barang
konsumsi berkembang pesat seiring laju penduduk dan peningkatan pendapatan
masyarakat per kapita. Sedangkan pada sisi penawaran agregat, sarana dan
prasarana menunjang untuk produksi.
C. Teknologi dari Produk Manufaktur
Untuk membandingkan dan
menganalisa kemampuan T dari produksi di negara-negara berbeda, karena industri
dapat diklasifikasikan ke dalam 3 kategori. Kategori pertama yaitu industri
denagn teknoklogi yang tinggi, contohnya obat-obatan, komputer, alat-alat
perkantoran, barang elektronik, dan kendaraan bermotor. Kategoti kedua yaitu
industri dengan T yang menengah, contohnya produk-produk dari logam sederhana,
produk-produk dari plasitik dan karet, dan penyulingan minyak. Kategori ketiga
adalah industri dengan T rendah, seperti kertas dan percetakan, pakaian jadi,
makanan, minuman, rokok, dan mebel.
Tingkat perkembangan industri
manufaktur dapat dilihat dari pendalaman struktur industri itu sendiri.
Struktur industri:
1) Ragam produk barang konsumsi, sederhana, barang
konsumsi dengan kandungan teknologi yanglebih canggih, barang modal.
2) Intensitas pemakain faktor produksi barang
dengan padat karya dan barang dengan padat modal. Orinetasi pasar barang
domestik dan barang ekspor.
D. Ekspor
Kinerja ekspor (X) dari
produk-produk manufaktur juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator
alternatif untuk mengukur derajat pembangunan dari industri manufaktur. Kinerja
X bisa ada dalam 3 arti, yaitu laju pertumbuhan volume atau nilai X dan
diversifikasi, baik dalam produk maupun pasar/ negara tujuan. Pada umumnya,
industri manufaktur suatu negara dikatakan sudah maju apabila laju pertumbuhan
X manufakturnya rata-rata per tahun tinggi dan tingkat diversifikasi produk
seta pasar dan negara tujuannya tinggi.
Hasil analisis Wolrd Bank
tahun 1999 menunjukkan bahwa Indonesia lemah dalam prosuk-produk manufaktur
yang prospek masa depannya sangat baik. Data BPS juga menunjukkan bahwa
diversifikasi X manufaktur Indonesia cukup tinggi, namun masih hanya didominasi
oleh industri kecil dan menengah ke bawah, terutama pada barang-barang
konsumsi. Selain itu, industri Indonesia juga masih didominasi dengan
produk-produk berbasis pertanian. Di sisi lain, harga dunia untuk komoditi
berbasis pertanian relatif rendah jika dibandingkan dengan komoditas
berteknologi menengah ke atas, seperti komputer, mesin, dan otomotif, bahkan
pasaran harga komoditas-komoditas ini kian meningkat dari waktu ke waktu.
E. Gejala Deindustrialisasi
Perkembangan industri
manufaktur di Indonesia juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap produk
domestik bruto atau PDB. Bahkan pada akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006,
banyak pengamat ekonomi yang mengkhawatirkan terjadinya
de-industrialisasi di Indonesia akibat pertumbuhan sektor industri manufaktur
yang terus merosot.
Deindustrialisasi merupakan
gejala menurunnya sektor industri yang ditandai dengan merosotnya pertumbuhan
industri manufaktur yang berlangsung secara terus menerus. Melorotnya
perkembangan sektor industri manufaktur saat itu mirip dengan gejala yang terjadi
menjelang ambruknya rezim orde baru pada krisis
global yang terjadi pada tahun 1998. Selain menurunkan sumbangannya terhadap
produk domestik bruto, merosotnya pertumbuhan industri manufaktur juga
menurunkan kemampuannya dalam penyerapan tenaga kerja
Data dari Biro Pusat Statistik (BPS)
memperlihatkan bahwa pada triwulan pertama tahun 2005, pertumbuhan industri
manufaktur di Indonesia sebenarnya masih cukup tinggi, yaitu mencapai 7,1
persen. Namun memasuki triwulan kedua tahun 2005 perkembangannya
terus merosot. Bahkan pada akhir tahun 2005, perkembangan industri
manufaktur kita hanya mencapai 2,9 persen. Kondisi ini semakin parah setelah
memasuki triwulan pertama tahun 2006 karena pertumbuhannya hanya sebesar 2,0
persen.
F. Problem Pengangguran
Sebagai sektor industri yang
sangat penting, perkembangan industri manufaktur memang sangat diandalkan.
Penurunan pertumbuhan sektor industri ini dapat menimbulkan efek domino yang
sangat meresahkan. Bukan saja akan menyebabkan PDB menurun namun yang lebih
mengkhawatirkan adalah terjadinya gelombang pengangguran baru.
Apalagi problem pengangguran yang ada saat ini saja masih belum mampu diatasi
dengan baik.
Kita mestinya bisa belajar banyak
dari pengalaman tragedi ekonomi tahun 1998. Selain menyangkut fondasi
perekonomian nasional yang mesti diperkuat, sejumlah ahli juga melihat perlunya
membenahi strategi pembangunan industri di
Indonesia. Kalau perlu, pemerintah bisa melakukan rancang ulang atau redesign
menyangkut visi dan misi pembangunan industri, dari sejak hulu hingga hilir.
Paling tidak agar produk industri kita mampu bersaing di pasar global.
2.4 Permasalahan Industrialisasi
Industri manufaktur di LDCs lebih
terbelakang dibandingkan di DCs, hal ini karena:
1. Keterbatasan teknologi
2. Kualitas Sumber daya Manusia
3. Keterbatasan dana pemerintah
(selalu difisit) dan sektor swasta
4. Kerja sama antara pemerintah,
industri dan lembaga pendidikan & penelitian
masih rendah
Masalah dalam industri manufaktur
nasional:
1) Kelemahan
struktural
· Basis
ekspor & pasar masih sempitè
walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam & TK, tapi produk
& pasarnya masih terkonsentrasi:
a) Terbatas
pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
b) Pasar
tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada,Turki
& Norwegia
c) USA,
Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil &
pakaian jadi dari Indonesia
d) Produk
penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah
terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
e) Banyak
produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan harga muncul pesaing baru seperti cina
& vietman
f) Produk manufaktur tradisional menurun daya
saingnya sbg akibat factor internal seperti tuntutan kenaikan upah
Ketergantungan
impor sangat tinggi
Pada tahun 1990, Indonesia
menarik banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti kimia,
elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan dan
assembling dengan hasil:
a) Nilai
impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi diatas 45%
b) Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung
kepadaimpor bahan baku, komponen & input
perantara masih tinggi.
c) PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku &
komponen dari LN
d) Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan
organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas
e) Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan pemasaran
masih terbatas
Tidak ada industri berteknologi
menengah
a) Kontribusi
industri berteknologi menengah (logam, karet, plastik, semen) terhadap pembangunan
sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
b) Kontribusi
produk padat modal (material dari plastik, karet, pupuk, kertas,besi &
baja) thd ekspor menurun 1985 – 997
c) Produksi
produk dg teknologi rendah berkembang pesat
Konsentrasi
regional
Industri menengah & besar terkonsentrasi di Jawa.
2) Kelemahan organisasi
· Industri
kecil & menengah masih terbelakangèproduktivtas rendahè Jumlah Tk masih
banyak (padat Karya)
· Konsentrasi Pasar
· Kapasitas menyerap &
mengembangkan teknologi masih lemah
· SDM yang lemah
2.5 Strategi
pembangunan sektor industri
Tujuan pembangunan industri
nasional baik jangka menengah maupun jangka panjang ditujukan untuk
mengatasipermasalahan dan kelemahan baik di sektor industri maupun untuk
mengatasi permasalahan secara nasional, yaitu:
1. Meningkatkan
penyerapan tenaga kerja industri;
2. Meningkatkan
ekspor Indonesia dan pember-dayaan pasar dalam negeri
3. Memberikan
sumbangan pertumbuhan yang berarti bagi perekonomian;
4. Mendukung
perkembangan sector infrastruktur;
5. Meningkatkan
kemampuan teknologi;
6. Meningkatkan
pendalaman struktur industri dan diversifikasi produk
7. Meningkatkan
penyebaran industri.
Bertitik tolak dari hal-hal
tersebut dan untuk menjawab tantangan di atas maka kebijakan dalam pembangunan
industrimanufaktur diarahkan untuk menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia
serta mampu mengantisipasi.perkembangan perubahan lingkungan yang sangat cepat.
Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara
berkembang, termasuk Indonesia, sehingga fokus dari strategi pembangunan
industri di masa depan adalah membangun daya saing industri manufaktur yang
berkelanjutan di pasar internasional. Untuk itu, strategi pembangunan industri
manufaktur ke depan dengan memperhatikan kecenderungan pemikiran terbaru yang berkembang
saat ini, adalah melalui pendekatan klaster dalam rangka membangun daya saing
industri yang kolektif. Industri manufaktur masa depan adalah industri-industri
yang mempunyai daya saing tinggi, yang didasarkan tidak hanya kepada besarnya
potensi Indonesia (comparative advantage), seperti luas bentang wilayah,
besarnya jumlah penduduk serta ketersediaan sumber daya alam, tetapi juga
berdasarkan kemampuan atau daya kreasi dan keterampilan serta profesionalisme
sumber daya manusia Indonesia (competitive advantage).
Bangun susun sektor industri
yang diharapkan harus mampu menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional
dan menjadi tulang punggung ketahanan perekonomian nasional di masa yang akan
datang. Sektor industri prioritas tersebut dipilih berdasarkan keterkaitan dan
kedalaman struktur yang kuat serta memiliki daya saing yang berkelanjutan serta
tangguh di pasar internasional.
Pembangunan industri tersebut diarahkan pada penguatan daya saing, pendalaman rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring (networking) industri dalam format klaster yang sesuai baik pada kelompok industri prioritas masa depan, yaitu: industri agro, industri alat angkut, industri telematika, maupun penguatan basis industri manufaktur, serta industri kecil-menengah tertentu.
Pembangunan industri tersebut diarahkan pada penguatan daya saing, pendalaman rantai pengolahan di dalam negeri serta dengan mendorong tumbuhnya pola jejaring (networking) industri dalam format klaster yang sesuai baik pada kelompok industri prioritas masa depan, yaitu: industri agro, industri alat angkut, industri telematika, maupun penguatan basis industri manufaktur, serta industri kecil-menengah tertentu.
Dengan memperhatikan
permasalahan yang bersifat nasional baik di tingkat pusat maupun daerah dalam
rangka peningkatan daya saing, maka pembangunan industri nasional yang sinergi
dengan pembangunan daerah diarahkan melalui dua pendekatan. Pertama, pendekatan
top-down yaitu pembangunan industri yang direncanakan (by design) dengan
memperhatikan prioritas yang ditentukan secara nasional dan diikuti oleh
partisipasi daerah. Kedua, pendekatan bottom-up yaitu melalui penetapan
kompetensi inti yang merupakan keunggulan daerah sehingga memiliki daya saing.
Dalam pendekatan ini Departemen Perindustrian akan berpartisipasi secara aktif
dalam membangun dan mengembangkan kompetensi inti daerah tersebut. Hal ini
sekaligus merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah, yang
pada gilirannya dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran.
Strategi ini dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
- Subtitusi Impor (inward-looking)
- Promosi Ekspor (outward-looking)
Strategi industrialisasi
1. Strategi Subtitusi
Impor
· Lebih
menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
· Strategi
subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
· Dilandasi
oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan
mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
1. Pertimbangan
yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini adalah:
a. SDA
dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja) cukup
tersedia potensi permintaan
dalam negeri memadai
b. Pendorong
perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
c. Dengan
perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
d. Dapat
mengurangi ketergantungan impor
2. Penerapan
strategi subtitusi impor dan hasilnya di Indonesia
- Industry
manufaktur nasional tidak berkembang baik selama orde baru
- Ekspor
manufaktur Indonesia belum berkembang dengan baik
- Kebijakan
proteksi yang berlebihan selama orde baru menimbulkan high cost economy
- Teknologi
yang digunakan oleh industry dalam negeri, sangat diproteksi
2. Strategi Promosi Ekspor
· Lebih
berorientasi ke pasar internasional dalam pengembangan usaha dalam negeri
· Tidak ada diskriminasi dalam pemberian insentif dan fasilitas
kemudahan lainnya dari pemerintah
·
Dilandasi
pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai jika produk
yang dibuat di dalam negeri dijual di pasar ekspor
·
Strategi
promosi ekspor mempromosikan fleksibilitas dalam pergeseran sumber daya ekonomi
yang ada mengikuti perubahan pola keunggulan komparatif
3. Kebijakan Industrialisasi
· Dirombaknya
system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
· Dikuranginya
fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan
pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN
· Diberlakukannya
Undang-undang PMA
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah
disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa Industrilisasi merupakan usaha
pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan. Sejarah hidup manusia tidak terlepas dari
keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia mempunyai metode untuk
memenuhinya sesuai dengan zamannya. Langkah yang diambil yaitu dalam masalah
industri, Industri memang menjadi faktor fenomenal untuk menunjang perdagangan.
Mereka saling bersaing untuk mendapatkan tempat di pasar global.
3.2 Saran
Demikian yang
dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Kami banyak berharap para pembaca sudi memberikan saran yang
membangun kami para penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
berguna bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://ivanlipio.blogspot.com/2011/03/industrialisasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar